Kamis, 22 Desember 2011

Ad-dien – Guru Kematian


Materi ta’lim
: Ad-dien – Guru Kematian
Tausyiah
: ust. Hero
Waktu
: 22 Desember 2011, ba’da Isya’

Bismillahirrahmanirrahiym...

Ta’lim malam ini diisi oleh ustadz Hero, karena ustadz Hasan sedang ada kesibukan di Singaraja. Dalam mengawali tausyiahnya, beliau menjelaskan pendapat Ibnu Mas’ud mengenai kategori orang yang bertaqwa.
Dalam kajian ini tidak banyak materi yang dapat saya tulis, karena lebih asyik mendengarkan gaya ceramahnya. Akibatnya catatan berikut ini sedikit membingungkan karena bolong disana-sini. Berdasarkan sedikit coretan yang ada, Ibnu Mas'ud menjelaskan siapa saja orang yang bertaqwa, yaitu:
  • Mereka yang menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya 
  • Tidak bermaksiat dan menghindari perbuatan syirik 
  • Menyadari bahwa hidup ini adalah perjalanan menuju alam barzah 
  • Sehingga mempersiapkan diri bahwa akan menghadapi masa yang panjang yang akan ditempuh di yaumil akhir.

Pada dasarnya hidup-mati itu adalah proses perpindahan dari alam ruh. Mati tidak berarti berakhir apa yang sudah kita lakukan. Al-isti’dadu li yaumirrakhil, adalah bersiap-siap menghadapi hari perpindahan. Dimulai saat sakaratul maut sampai suatu hari yang amat panjang. Persiapan untuk perpindahan ini terjadi selama menunggu dalam alam kematian / alam kubur / alam barzah.

Berbicara mengenai kematian atau sakaratul maut, Imam Ghazali menerangkan:

Seandainya orang yang sedang kalian tangisi itu bisa bicara walau hanya sekejab dan menceritakan bagaimana rasanya sakaratul maut... niscaya kalian akan berhenti menangisi (si mayit) tapi kalian akan menangisi diri kalian sendiri.

Contoh kematian kematian yang dialami tokoh dunia, diantaranya: presiden Turki Kemal Ataturk (orang yang mengubah syariat Islam menjadi hukum-hukum buatan manusia), dan presiden Suharto (yang konon katanya punya jimat) sulit meninggalnya

Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan /sabetan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

Imam Bukhari juga meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek?” (HR Bukhari)

Alam Barzah merupakan pintu masuk ke alam akhirat (barzah = penutup / perantara dua perkara), di alam ini manusia akan menghadapi banyak masalah. Jadi bukan berarti urusannya selesai setelah meninggalkan dunia.

Guru yang namanya kematian, senantiasa memberi nasihat. Nasihat itu kadang menentramkan kadang menakutkan, karena:

1.    Kematian mengingatkan bahwa waktu itu sedemikian berharganya

Ibadah bukan hanya yang bersifat mahdah (ibadah khusus), tapi semua aktifitas yang dilakukan untuk menghambakan diri pada Allah. Setiap waktu yang kita lalaikan akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah.

Ibnul Jauzi berkata:

“Sepantasnya orang yang tidak tahu kapan ia akan mati untuk selalu mempersiapkan diri, janganlah ia tertipu dengan usia muda dan kesehatannya.” Karena betapa banyak orang yg mati muda

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiyaa' ayat 1:


Rasulullah SAW pun juga bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, akan menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke kerongkongannya (sakaratul maut)” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Hasan).

2.    Kematian mengingatkan kita ini bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa

3.    Kematian mengingatkan kita hidup di dunia hanya sementara

Pemisah kenikmatan itu adalah kematian.

4.    Kematian bersifat memaksa

Kematian bersifat memaksa, dan akan mengejar meskipun kita sembunyi dibalik benteng yg tinggi dan kokoh atau teknologi kedokteran yg canggih.


5.    Kematian akan datang tiba-tiba, telah ditentukan waktunya dan tidak dapat ditunda



6.    Kematian mengingatkan pada kita bahwa hidup ini betapa berharga

Orang yg cerdas = orang yg beramal utk kehidupan sesudah kematian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar