Bismillahirrahmanirrahiym...
Melanjutkan
program digitalisasi catatan, kali ini dengan menuliskan pengalaman saat masih
tinggal di Kuta. Tulisan ini adalah sekelumit catatan saat mengikuti pengajian
di masjid Nurul Huda (patung kuda). Yang menjadikan pengajian ini istimewa
karena dibimbing oleh ustadz Mizan. Pimpinan salah satu pondok pesantren di
Lombok, yang datang ke Bali disaat-saat tertentu saja.
Lebih
lanjut mengenai ustadz Mizan, beliau adalah lulusan terbaik diangkatannya saat
menimba ilmu di Madinah. Tutur bahasanya santun, lembut, namun penuh ketegasan.
Saat menjadi imam, beliau tidak akan memulai sholat sebelum memastikan semua shaf sudah sempurna (lurus - tungkai tepat didepan garis, telapak
kaki tidak seperti huruf v, rapat - pundak
saling bersentuhan, mata kaki terlihat
- tidak tertutup celana/sarung). Bukan hanya shaf terdepan saja yang diperiksa,
namun berkeliling menginspeksi seluruh shaf yang ada. Bacaan qur’an-nya syahdu,
membuat hati bergetar, jiwa menjadi tenang. Berikut adalah tausyiah yang beliau sampaikan.
Kembali pada Al-qur’an dan As-sunnah
Pengajian
dilakukan dalam suasana non formal, semua duduk membentuk setengah lingkaran
dan mendekat hanya berjarak sekitar 1m saja. Tausyiah yang beliau sampaikan
bersifat dua arah, sehingga dialog antara beliau dengan jamaa’ah berlangsung
intensif. Karena asyik menyimak, beberapa point dalam catatan ini kurang
sempurna dan memerlukan perbaikan.
Sesuai
dengan temanya, salah satu ayat Al-qur’an yang disampaikan adalah surat Al-Hijr
ayat 9:
Hadits
memiliki beberapa tingkat kategori keasliannya. Yang paling tinggi adalah
shahih. Terdapat 7 syarat hadits
bisa dikategorikan sebagai hadits shahih:
-
Diceritakan bersambung pada Nabi
(sanadnya bersambung)
-
Tidak berbeda antara 1 hadits dengan
hadits yang lain (tidak bertentangan)
-
Guru/sumber hadits tidak terpotong
-
Jelas perawinya
-
…?
Ciri-ciri hadits
palsu:
-
Perawi pembohong
-
Bertentangan dengan Al-qur’an dan
As-sunnah
-
Mengada-ada
-
…?
Sahabat
yang banyak meriwatkan hadits adalah:
-
Abu Hurairah
-
Abdullah bin Ummar
-
Annasikin Malik
-
Ibnu Abbas
-
Abu Said Al Kudri
-
Al Jabir
-
Aisyah RA.
Al-qur’an dan
As-sunnah adalah petunjuk. Agar tidak salah dalam mengambil
petunjuk maka perlu memahami keduanya sesuai dengan keinginan Allah. Berikut
adalah surat dalam Al-qur’an yang digunakan untuk menjelaskan bagian ini: Al-Baqarah
137, Al Hujurat 1
(Point
utama dari bagian ini tidak tertulis dalam catatan, sehingga apa yang saya
sampaikan disini hanya berdasarkan pemahaman saya. Mohon bimbingannya)
Petunjuk
itu harus menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sehingga terbentuk
akhlak, akidah, dan segala bentuk ibadah
yang sesuai dengan sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Namun perlu
kehati-hatian dalam menyampaikan sesuatu atau dalam melaksanakan ibadah,
terutama berkaitan dengan hadits. Karena siapa yang berdusta dengan mengatasnamakan
Nabi (misal menyampaikan/melakukan sesuatu yang tidak jelas darimana sumbernya,
tapi disebutkan sebagai hadits) maka neraka tempatnya. Hal ini didasari hadits
berikut, dan surat: An-Nisaa’ 112
Siapa berdusta atas namaku, silahkan
mengambil tempat di neraka
(mukadimah hadits riwayat Muslim)
|
Karena
pengajian lebih banyak pada sesi tanya jawab, maka selanjutnya dalam tulisan
ini akan disampaikan beberapa topik yang berbeda sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Mengucapkan Salam
Salam
diucapkan oleh kelompok/orang yang sedikit pada yang banyak (misal seseorang
yang datang mau bergabung dalam suatu majelis)
Salam
diucapkan oleh orang yang berkendara pada orang yang jalan.
Salam
diucapkan oleh orang yang berjalan pada orang yang duduk.
Hidayah
Tidak
ada yang bisa menyesatkan orang yang mendapatkan petunjuk.
…?
Shalawat Nabi
Shalawat
Nabi tidak perlu menggunakan kata sayyidina (tidak tertulis dalam catatan
kenapa, tapi dari pengajian lain disebutkan bahwa Nabi tidak perlu disebut
sebagai “yang mulia”, cukup dengan “Muhammad” atau “Rasulullah”. Ada juga yang
menyebutkan bahwa boleh menggunakan kata sayyidina, kecuali dalam sholat)
Kredit Rumah
Pada
dasarnya boleh, asal dengan syarat: harus jelas ijab-qabul-nya, tidak ada denda
berupa uang / materi, tidak ada pihak ketiga: karena menjual barang harus milik
sendiri:
-
“…jual barang yang engkau miliki…”
-
“…jangan menjual barang yang belum kau
pegang/serah terima barang…”
“jangan engkau jual barang yang tidak
engkau miliki!”
(HR. Abu Daud II/305 no.3503)
|
Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, ia
berkata, “aku bertanya kepada rasulullah, jual-beli apakah yang diharamkan
dan yang dihalalkan? Beliau bersabda, “hai keponakanku! Bila engkau membeli
barang jangan dijual sebelum terjadi serah terima”.
(HR. Ahmad)
|
Memelihara jenggot
Memelihara
jenggot hukumnya wajib. Terdapat 12 hadits yang menyebutkannya. Jenggot boleh
dipotong jika panjangnya lebih dari genggaman. Kumis tidak perlu dicukur /
dipanjangkan, tapi cukup ditipiskan/dipotong dan dirapikan.
Musik
Hukum
mendengarkan musik adalah haram bagi yang menikmatinya. Kalau hanya terdengar
saja, ucapkan istighfar.
“Akan ada diantara umatku sekelompok
orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik”
(HR. Bukhari no.5590)
|
Obat yang mengandung
babi, khamr, atau sesuatu yang diharamkan
Hindari.
Allah tidak menjadikan obat dari hal yang diharamkan.
Adzab menuntut ilmu
Harus
ada niat.
Harus
pintar bertanya, mendengar dengan seksama, mendekat pada guru.
Cari
buku bimbingan menuntut ilmu (buku ini menjelaskan adzab-adzab dan bimbingan
dalam menuntut ilmu, sayangnya tidak tercatat apa judul dan siapa pengarangnya)
Sikap terhadap
pemimpin yang dzalim
Dalam
menyikapi seorang pemimpin yang dzalim kita harus tetap sabar.
Ingkari
ketetapannya hanya dengan hati.
Jangan
mencabut ketaatan dari kepemimpinannya.
Benci
kedzalimannya/kemaksiatannya saja.
Do’a untuk meminta
kemudahan
Baca
surat Thaahaa ayat 25-36
Ayat
|
Artinya
|
25
|
Berkata Musa: "Ya Tuhanku,
lapangkanlah untukku dadaku[915],
[915]. Nabi
Musa a.s. memohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan untuk menghadapi
Fir'aun yang terkenal sebagai seorang raja yang kejam.
|
26
|
dan mudahkanlah untukku urusanku,
|
27
|
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
|
28
|
supaya mereka mengerti perkataanku,
|
29
|
dan jadikanlah untukku seorang pembantu
dari keluargaku,
|
30
|
(yaitu) Harun, saudaraku,
|
31
|
teguhkanlah dengan dia kekuatanku,
|
32
|
dan jadikankanlah dia sekutu dalam
urusanku,
|
33
|
supaya kami banyak bertasbih kepada
Engkau,
|
34
|
dan banyak mengingat Engkau.
|
35
|
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat
(keadaan) kami.
|
36
|
Allah berfirman: "Sesungguhnya telah
diperkenankan permintaanmu, hai Musa."
|
Alhamdulillah...
semoga tulisan kali ini juga bermanfaat. Mohon masukan, saran, dan kritiknya
karena tulisan ini hanyalah sebatas apa yang saya dengar dan tulis waktu itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar