Sabtu, 09 Mei 2009

Kembali pada Al-qur’an dan As-sunnah


Bismillahirrahmanirrahiym...

Melanjutkan program digitalisasi catatan, kali ini dengan menuliskan pengalaman saat masih tinggal di Kuta. Tulisan ini adalah sekelumit catatan saat mengikuti pengajian di masjid Nurul Huda (patung kuda). Yang menjadikan pengajian ini istimewa karena dibimbing oleh ustadz Mizan. Pimpinan salah satu pondok pesantren di Lombok, yang datang ke Bali disaat-saat tertentu saja.

Lebih lanjut mengenai ustadz Mizan, beliau adalah lulusan terbaik diangkatannya saat menimba ilmu di Madinah. Tutur bahasanya santun, lembut, namun penuh ketegasan. Saat menjadi imam, beliau tidak akan memulai sholat sebelum memastikan semua shaf sudah sempurna (lurus - tungkai tepat didepan garis, telapak kaki tidak seperti huruf v, rapat - pundak saling bersentuhan, mata kaki terlihat - tidak tertutup celana/sarung). Bukan hanya shaf terdepan saja yang diperiksa, namun berkeliling menginspeksi seluruh shaf yang ada. Bacaan qur’an-nya syahdu, membuat hati bergetar, jiwa menjadi tenang. Berikut adalah tausyiah yang beliau sampaikan.

Kembali pada Al-qur’an dan As-sunnah

Pengajian dilakukan dalam suasana non formal, semua duduk membentuk setengah lingkaran dan mendekat hanya berjarak sekitar 1m saja. Tausyiah yang beliau sampaikan bersifat dua arah, sehingga dialog antara beliau dengan jamaa’ah berlangsung intensif. Karena asyik menyimak, beberapa point dalam catatan ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan.

Sesuai dengan temanya, salah satu ayat Al-qur’an yang disampaikan adalah surat Al-Hijr ayat 9:
 
Sedangkan As-sunnah atau yang biasa disebut hadits adalah apa-apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW, perbuatan yang dicontohkan, sifat-sifat tauladan, dan ketetapan beliau.

Hadits memiliki beberapa tingkat kategori keasliannya. Yang paling tinggi adalah shahih. Terdapat 7 syarat hadits bisa dikategorikan sebagai hadits shahih:
-         Diceritakan bersambung pada Nabi (sanadnya bersambung)
-         Tidak berbeda antara 1 hadits dengan hadits yang lain (tidak bertentangan)
-         Guru/sumber hadits tidak terpotong
-         Jelas perawinya
-         …?

Ciri-ciri hadits palsu:
-         Perawi pembohong
-         Bertentangan dengan Al-qur’an dan As-sunnah
-         Mengada-ada
-         …?

Sahabat yang banyak meriwatkan hadits adalah:
-         Abu Hurairah
-         Abdullah bin Ummar
-         Annasikin Malik
-         Ibnu Abbas
-         Abu Said Al Kudri
-         Al Jabir
-         Aisyah RA.

Al-qur’an dan As-sunnah adalah petunjuk. Agar tidak salah dalam mengambil petunjuk maka perlu memahami keduanya sesuai dengan keinginan Allah. Berikut adalah surat dalam Al-qur’an yang digunakan untuk menjelaskan bagian ini: Al-Baqarah 137, Al Hujurat 1
(Point utama dari bagian ini tidak tertulis dalam catatan, sehingga apa yang saya sampaikan disini hanya berdasarkan pemahaman saya. Mohon bimbingannya)
 
Petunjuk itu harus menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sehingga terbentuk akhlak, akidah, dan segala bentuk ibadah yang sesuai dengan sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Namun perlu kehati-hatian dalam menyampaikan sesuatu atau dalam melaksanakan ibadah, terutama berkaitan dengan hadits. Karena siapa yang berdusta dengan mengatasnamakan Nabi (misal menyampaikan/melakukan sesuatu yang tidak jelas darimana sumbernya, tapi disebutkan sebagai hadits) maka neraka tempatnya. Hal ini didasari hadits berikut, dan surat: An-Nisaa’ 112
Siapa berdusta atas namaku, silahkan mengambil tempat di neraka
(mukadimah hadits riwayat Muslim)


Karena pengajian lebih banyak pada sesi tanya jawab, maka selanjutnya dalam tulisan ini akan disampaikan beberapa topik yang berbeda sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Mengucapkan Salam
Salam diucapkan oleh kelompok/orang yang sedikit pada yang banyak (misal seseorang yang datang mau bergabung dalam suatu majelis)
Salam diucapkan oleh orang yang berkendara pada orang yang jalan.
Salam diucapkan oleh orang yang berjalan pada orang yang duduk.

Hidayah
Tidak ada yang bisa menyesatkan orang yang mendapatkan petunjuk.
…?

Shalawat Nabi
Shalawat Nabi tidak perlu menggunakan kata sayyidina (tidak tertulis dalam catatan kenapa, tapi dari pengajian lain disebutkan bahwa Nabi tidak perlu disebut sebagai “yang mulia”, cukup dengan “Muhammad” atau “Rasulullah”. Ada juga yang menyebutkan bahwa boleh menggunakan kata sayyidina, kecuali dalam sholat)

Kredit Rumah
Pada dasarnya boleh, asal dengan syarat: harus jelas ijab-qabul-nya, tidak ada denda berupa uang / materi, tidak ada pihak ketiga: karena menjual barang harus milik sendiri:
-         “…jual barang yang engkau miliki…”
-         “…jangan menjual barang yang belum kau pegang/serah terima barang…”
“jangan engkau jual barang yang tidak engkau miliki!”
(HR. Abu Daud II/305 no.3503)
Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, ia berkata, “aku bertanya kepada rasulullah, jual-beli apakah yang diharamkan dan yang dihalalkan? Beliau bersabda, “hai keponakanku! Bila engkau membeli barang jangan dijual sebelum terjadi serah terima”.
(HR. Ahmad)

Memelihara jenggot
Memelihara jenggot hukumnya wajib. Terdapat 12 hadits yang menyebutkannya. Jenggot boleh dipotong jika panjangnya lebih dari genggaman. Kumis tidak perlu dicukur / dipanjangkan, tapi cukup ditipiskan/dipotong dan dirapikan.

Musik
Hukum mendengarkan musik adalah haram bagi yang menikmatinya. Kalau hanya terdengar saja, ucapkan istighfar.
“Akan ada diantara umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik”
(HR. Bukhari no.5590)

Obat yang mengandung babi, khamr, atau sesuatu yang diharamkan
Hindari. Allah tidak menjadikan obat dari hal yang diharamkan.

Adzab menuntut ilmu
Harus ada niat.
Harus pintar bertanya, mendengar dengan seksama, mendekat pada guru.
Cari buku bimbingan menuntut ilmu (buku ini menjelaskan adzab-adzab dan bimbingan dalam menuntut ilmu, sayangnya tidak tercatat apa judul dan siapa pengarangnya)

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim
Dalam menyikapi seorang pemimpin yang dzalim kita harus tetap sabar.
Ingkari ketetapannya hanya dengan hati.
Jangan mencabut ketaatan dari kepemimpinannya.
Benci kedzalimannya/kemaksiatannya saja.

Do’a untuk meminta kemudahan
Baca surat Thaahaa ayat 25-36
Ayat
Artinya
25
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku[915],

[915]. Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan untuk menghadapi Fir'aun yang terkenal sebagai seorang raja yang kejam.
26
dan mudahkanlah untukku urusanku,
27
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
28
supaya mereka mengerti perkataanku,
29
dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,
30
(yaitu) Harun, saudaraku,
31
teguhkanlah dengan dia kekuatanku,
32
dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,
33
supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau,
34
dan banyak mengingat Engkau.
35
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami.
36
Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa."


Alhamdulillah... semoga tulisan kali ini juga bermanfaat. Mohon masukan, saran, dan kritiknya karena tulisan ini hanyalah sebatas apa yang saya dengar dan tulis waktu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar