Senin, 27 September 2010

Ketika suami mendampingi istri berjihad...

Bismillahirrahmanirrahiym...


 “Ya Allah dengan segala kesempurnaan kalimat-MU, aku mohon perlindungan untuk anakku dengan kalimah-kalimah Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, dari gangguan semua binatang, dan dari gangguan pandangan mata yang dapat membawa akibat buruk kepada apa yang dilihatnya”.

Alhamdulillah… segala puji syukur tak henti-hentinya terus terucap atas berkah rahmat Allah SWT yang telah terlimpah selama ini.

Melalui tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman bagaimana rasanya melalui detik-detik menegangkan menjadi seorang ayah baru (lagi). Dulu saat anak pertama lahir tidak bisa mendampingi, hanya bisa mendengar cerita bagaimana prosesnya. Jadi saat akan mendampingi kelahiran anak kedua muncul banyak pertanyaan dan bayangan-bayangan seperti:
Suami tidak boleh mendampingi istri, karena tidak tahu medis dan bisa mengganggu (padahal istri pastinya ingin didampingi suami)
Bidan / tenaga medis tidak sabar, membentak, memberi instruksi dengan emosi (takut membuat istri patah semangat)
Ada tenaga medis laki-laki
Suasana tegang, panik, dan penuh emosi
Setelah lahir si kecil langsung dipisahkan dari ibunya dan diberi susu formula (istri ingin sekali melakukan IMD: Inisiasi Menyusui Dini)

Hal ini tergambar karena cerita yang selama ini didengar atau penggambaran dari film-film ditelevisi.

Ternyata apa yang saya alami sangat berbeda:
Sejak datang sampai pulang suami boleh mendampingi istri, justru disarankan mendekat, memeluk membisikkan do’a dan dorongan semangat.
Sehingga secara live saya bisa menyaksikan jihad seorang ibu dan perjuangan seorang anak manusia untuk lahir ke dunia. Detik-detik munculnya kepala bayi, ekspresi, genggaman erat tangan istri, dan segala bentuk perjuangannya nampak didepan mata.
Tidak terdengar satupun kata yang berkonotasi negatif ataupun bentakan dari bidan. Yang terucap adalah bimbingan, do’a, dan instruksi yang lembut seolah mereka juga merasakan sakitnya perjuangan istri.
Bahkan belaian, usapan, pijatan, pelukan, ciuman diberikan mereka untuk memberi kenyamanan dan membesarkan hati istri untuk terus berjihad.
Semua tenaga medisnya perempuan, sesuai dengan komitmen mereka: memuliakan ibu dengan tenaga medis perempuan
Suasananya nyaman, diberi bunga-bunga, dipersilahkan untuk memutar lagu atau do’a untuk menenangkan diri.
Tidak ada kesan “seram” layaknya rumah sakit, karena lokasinya masih dipelosok, sejuk, sepi, halamannya penuh dengan tanaman bunga.
Begitu lahir si kecil dibersihkan dari darah dan langsung diberikan ke pelukan ibunya. Subhanallah, dengan tali pusat belum dipotong, ari-ari masih di rahim ibu, si kecil mencari dan berhasil menemukan sumber makanan pertamanya... ASI.
Sejak lahir hingga dibawa pulang si kecil tidak lepas dari pelukan ibunya.

Dari pengalaman tersebut saya merasa berkewajiban untuk mengajak (atau setidaknya menyampaikan informasi) untuk mendukung lembaga-lembaga sosial Islami, terutama yang bergerak dibidang kesehatan, seperti:


Rumah Sehat Madani
Jl. Padang Lalang No 2
Padang Sambian, Denpasar – Bali 80117

Disinilah istri memeriksakan kehamilan dengan ditangani bidan yang sama dengan bidan di Yayasan Bumi Sehat.
Sementara ini RSM hanya melayani pemeriksaan kesehatan umum, bekam, ibu dan anak. Insya Allah Oktober 2010 gedung selesai dibangun untuk melayani persalinan (normal, water-birth)
Pelayanan diberikan secara cuma-cuma yang dikhususkan kepada masyarakat kurang mampu. Tidak ada biaya dibebankan untuk semua pasien, hanya disediakan kotak infaq. Namun melayani juga pasien dari masyarakat mampu dengan sistem subsidi silang. Biaya kesehatan yang dibayarkan dialokasikan untuk mereka yang kurang mampu.

Donasi bisa disalurkan melalui: Rek BCA (0491616678) a.n. Yayasan Dompet Sosial Madani Bali

Yayasan Bumi Sehat
Banjar Nyuh Kuning, Ubud 80571 – Selatan Monkey Forest Telp. 0361-970002
Disinilah si kecil dilahirkan, disebuah rumah bersalin dengan 2 ruang persalinan (normal, water-birth) dan 1 ruang nifas (4 tempat tidur). Tidak ada perbedaan kelas, semua ditempatkan diruang yang sama.
Tidak ada biaya dibebankan untuk semua pasien, dipersilahkan untuk membayar semampunya, justru malah diberi bingkisan.
Ibu diusahakan dan didukung untuk dapat melahirkan secara normal (meskipun dokter sudah memvonis operasi), dan bayi tidak akan diberi susu formula. Ibu akan diberi treatment untuk dapat menyusui, dan baru diizinkan pulang jika bayi sudah minum ASI.
Ibu dan bayi baru lahir tidak akan diizinkan pulang dengan sepeda motor (disediakan mobil untuk jemput-antar, bebas biaya)

Donasi bisa disalurkan melalui account 117 765 425, swift code: BNINI DJADPS

Sekali lagi saya merasa berkewajiban untuk mendukung dan mengajak saudara-saudara untuk membantu lembaga tersebut agar terus memberikan layanan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang tidak mampu.

Denpasar, 27 September 2010

Note: tulisan ini sudah pernah di-publish melalui milis MMC (Mitrais Moslem Community) ditulis ulang dengan sedikit penyesuaian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar