Senin, 06 Mei 2013

"Terpaksa" Silaturrahim

Bismillahirrahmanirrahiym...

Secara umum perjalanan ke kantor pagi ini lancar terkendali. Seperti perkiraan minggu lalu, jalur menuju jalan Raya Pemogan via Kodam Prajarakcaka ditutup galian pipa. Senang dan kecewa bercampur jadi satu.

Senang karena berarti pulang kantor harus lewat jalur lain, yang berarti pula variasi baru. Kecewa karena berarti jalur pulang lebih jauh. Tidak hanya lebih jauh, tapi juga tidak bisa membawa oleh-oleh pakan untuk kelinci.


Sambil menimbang ini dan itu motor melaju perlahan sepanjang by pass Ngurah Rai. Hanya sekitar 1km dari kantor (2km putar balik) tiba-tiba terdengar suara mirip cemeti diikuti hilangnya akselerasi motor. Deg... segera cek kondisi belakang, sudah tentu rombongan kendaraan saling melaju dengan cepat.

Posisi motor saat ini berada di lajur kanan karena menjelang putar balik. Untung lampu belok sudah menyala, posisi berada paling kanan, dan truk di belakang berjalan pelan... sementara bisa menjadi tameng. Kaki mengayuh dengan berat, tidak memungkinkan untuk turun menuntun motor. Baru setelah menyeberang di putaran balik dan berada di pinggir kiri, segera turun menuntun motor yang terasa makin berat.

Sampai di kantor baju basah bermandi peluh. Kaki dan tangan terasa pegal. Segera minum, bersiap kerja, dan mencari informasi bengkel panggilan. Ada 2 nomor yang direkomendasikan oleh mama T. Tapi dua-duanya tidak bisa dihubungi. Setengah putus asa kembali melanjutkan pekerjaan.

Ditengah-tengah asyiknya kerja teringat teman-teman ta'lim. Hm.. siapa tahu mereka bisa membantu.
Benar saja, akhi Fatur merekomendasikan akhi Edi seorang teman ta'lim yang baru bergabung.

Awalnya hanya kontak lewat telepon (tanpa menyadari kalau saling mengenal) lalu bertemu di kantor untuk melihat kondisi motor.
Begitu bertemu... "lhoh kok? Ternyata.."


Akhirnya motor segera diperiksa dan diketahui masalahnya. Yaitu sabuk karet pemutar roda belakang putus. Karena tidak membawa peralatan, motor harus dibawa ke bengkel. Alhasil pulang kantor kembali menuntun motor ke jalan Sesetan tak jauh dari kantor, bengkel tempat akhi Edi bekerja.


Capek dan memakan waktu memang.. Tapi hikmahnya bisa silaturrahim dengan teman-teman ta'lim. Mengingat Sabtu lalu terpaksa bolos gara-gara anak-anak menggelayut manja, padahal sebelumnya mereka sudah mengizinkan. Bukan itu saja, pengalaman ini membuatku kembali bernostalgia sholat Maghrib di musholla Al-Ikhlas.

Fikiran melayang teringat masa-masa "bujangan" sering berkumpul setelah sholat Maghrib  untuk menikmati makan malam bersama (sambil menunggu sholat Isya' sebelum ta'lim). Makan malam penuh kesan itu tidaklah mewah, tapi unik. Beberapa porsi tempe penyet dicampur jadi satu diatas baki / nampan lalu diserbu bareng-bareng.
 

Kesederhanaan dan kebersamaan inilah yang istimewa.. penuh kesan dan tak terlupakan.

Denpasar, 6 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar