Minggu, 25 Mei 2014

Respon Umat Manusia Terhadap Sholat



Judul
: Respon Umat Manusia Terhadap Sholat
Tempat
: Pengajian rutin Ahad ba’da Maghrib, masjid Nurul Huda, Pelem Lor
Waktu
: 25 Mei 2014


Bismillahirrahmanirrahiym...

Setelah beberapa kali melewatkan acara pengajian rutin yang diadakan oleh masjid Nurul Huda, karena berbagai hal, akhirnya malam ini bisa hadir dan menyimak dengan seksama. Pengajian diadakan dari ba’da Maghrib sampai masuk waktu Isya’. Pengisi pengajian malam ini adalah ustadz Anas.

Pengajian dimulai dengan membagikan ringkasan materi dan makanan ringan pada semua jama’ah. Lalu dilanjutkan dengan sedikit ulasan materi pengajian minggu lalu. Tidak banyak yang dapat saya ingat dari ulasan ini karena sibuk membaca-baca ringkasan materi serta lupa tidak membawa alat tulis untuk mencatat. Sedikit yang masih terlintas difikiran adalah tentang sudut pandang manusia mengenai Isra Mi’raj.

Tidak mungkin manusia bisa berpindah tempat dengan jarak yang jauh hanya dalam waktu satu malam!

Berangkat dari pernyataan ini pembicara lalu mengangkat contoh sapi dari Gunung Kidul yang dikirim ke Jakarta, luar pulau, atau bahkan Australia. Kalau dilihat dari sudut pandang si sapi. Tidak mungkin sapi bisa sampai ke tempat yang jauh dalam waktu singkat. Meskipun bisa berjalan menuju tempat itu, tentunya membutuhkan waktu yang lama, bahkan kemungkinan sapi itu mati ditengah jalan karena jauhnya jarak.

Tapi kenyataannya sapi-sapi itu bisa dikirim sampai ke Australia. Kenapa bisa?
Karena membonceng truk, kapal, atau pesawat.
Sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, bukankah begitu?

Nah demikian juga dengan peristiwa Isra Mi’raj. Dari sudut pandang manusia, hal itu tidak mungkin terjadi. Tetapi menjadi mungkin jika membonceng Bouraq, bersama malaikat.

Meskipun demikian respon umat manusia terhadap peristiwa ini beragam, termasuk respon terhadap Sholat. Hal inilah yang diangkat dalam pengajian malam ini. Berikut adalah ringkasan materinya:

Respon Umat Manusia Terhadap Sholat

Sholat adalah ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT langsung kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang Isra Mi’raj. Respon umat manusia terhadap Isra dan Mi’raj, yaitu: sebagian tidak percaya, sebagian ragu-ragu, dan sebagian lagi percaya adanya persitiwa Isra Mi’raj.

Reaksi penduduk Arab pada saat itu:
-      Abu Jahal, dengan jelas-jelas tidak percaya dan menolak
-      Abdullah bin Ubay, meragukan peristiwa itu, menganggap Rasulullah SAW sudah gila. Karena ragu, imannya goyah dan akhirnya murtad.
-      Abu Bakar Ash-Shiddiq, meyakini dan mempercayai peristiwa itu.

Demikan pula terhadap kewajiban Sholat yang diperintahkan Allah kepada Nabi ketika Isra Mi’raj. Respon atau tanggapan umat manusia juga bermacam-macam, antara lain:
1.    Tidak mau Sholat (Kafir)
2.    Mau Sholat tapi malas atau sering lalai




3.    Rajin Sholat (Mukmin)


Beberapa Fadilah (Keutamaan) Ibadah Sholat:
1.    Sholat adalah tiang agama.
Siapa yang menegakkan Sholat berarti tegak agamanya, dan siapa yang meninggalkan Sholat maka agamanya telah rusak atau rubuh.

2.    Sholat sebagai Mi’raj-nya orang mukmin kepada Allah.
Sholat sebagai Mi’raj, maksudnya adalah sebagai penghubung vertikal langsung kepada Allah. Sholat menjadi sarana untuk mendekatkan diri pada-Nya.
Banyak cara ditempuh orang untuk dekat dengan Sang Pencipta. Ada sebagian orang yang melakukan ritual pertapaan berhari-hari ditempat sakral. Tetapi itu bukanlah cara yang diridhoi Allah.
Dalam Islam, 5x sehari umatnya diberi kesempatan untuk terhubung dengan Allah. Kesempatan untuk bercengkrama dan mencurahkan segalanya.

3.    Sholat adalah amalan yang paling utama dari berbagai amal shaleh lainnya.
4.    Sholat adalah kunci surga.
Ibaratnya membuka pintu, anak kunci harus dipastikan pas dan bisa digunakan. Karenanya kunci perlu dipelihara dan terus dicoba agar jangan sampai rusak atau berkarat.
Semisal surga itu adalah istana, maka sebelum bisa mencapai pintunya kita harus masuk melalui “regol” atau gerbang atau gapura. Gapura ini adalah kalimat sahadat, laa ilaaha lilallah.

5.    Sholat sebagai penghapus dosa-dosa kecil antara satu Sholat dengan Sholat lainnya.
Sholat wajib yang kurang baik, ibarat jalan yang rusak. Maka perlu ditambal dengan Sholat-sholat sunnah.

6.    Sholat adalah amal manusia yang paling dulu dihisab di hari pembalasan nanti, bila Sholat-nya bagus, maka yang lain dianggap bagus.
Jika Sholatnya bagus, bisa menghayati dan tahu arti dari bacaannya, maka hal itu akan berpengaruh pada amal-amal perbuatan yang lain. Saat Sholat memohon ampun, bertobat, bergantung kepada Allah. Merasa banyak dosa dan tak berdaya menjadikan ia berhati-hati dalam beramal.

7.    Sholat yang baik akan mampu mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar.
Tapi bagaimana dengan orang yang sudah Sholat tapi tetap berbuat maksiat?
Yang perlu dipertanyakan adalah: bagaimana dengan Sholat-nya, sudah baik kah?
Memang ia Sholat, tapi bisa jadi hanya sekedarnya saja. Lalai, tidak tuma’ninah, dan dilakukan semata-mata untuk pamer / riya’.

8.    Sholat memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa.
Sudah menjadi sifat dasar manusia membutuhkan pelampiasan, tempat mengadu. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk mengadu selain kepada Allah melalui Sholat. Dengan melampiaskan semua keluh kesah, beban fikiran, rasa syukur, atau segala macam ganjalan dihati maka jiwa menjadi tenang dan tentram.

9.    Sholat adalah pembeda antara orang itu kafir atau mukmin.

Bagaimana Kualitas Sholat Kita?
1.    Melaksanakan Sholat sekedar memenuhi Kewajiban.
Sholat seperlunya saja, tidak tepat waktu bahkan terlambat, lalai, dan terburu-buru.
Dulu Rasulullah SAW, pernah melihat lelaki yang Sholatnya terburu-buru, ruku’ dan sujudnya tidak sempurna. Beliau menegur orang itu, mengingatkan bahwa sama saja dia belum Sholat. Diriwayatkan pula:

"Tahukah kamu orang ini. Siapa yang meninggal dengan keadaan (shalatnya) seperti ini maka dia mati di atas selain agama Muhammad. Dia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah." (HR. Ibnu Khuzaimah dan dinyatakan Al-Albani: Sanadnya hasan).

Abu Hurairah radliallahu ‘anhu mengatakan:
"Kekasihku, yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melarangku 3 hal, beliau melarangku untuk mematuk ketika shalat seperti ayam mematuk, … " (HR. Ahmad dan sanadnya dinilai hasan).


Kalau kita perhatikan dalam acara-acara formal, pembawa acara akan menyampaikan sambutan dengan sangat hati-hati. Berbicara perlahan, jelas, dan menggunakan kata-kata terbaik. Karena yang hadir adalah para pembesar.
Ironisnya, saat Sholat menghadap Allah… bacaan dibaca sekenanya, buru-buru, tanpa memperhatikan makna bahkan mengabaikan benar/salah. Ditambah lagi, gerakannya mendahului bacaan.

2.    Melaksanakan Sholat sebagai Kewajiban dan Kebutuhan.
Makan, semua manusia butuh makan. Apapun dilakukan demi mendapatkan makanan. Demikian pula dengan Sholat, jika sudah menjadi kebutuhan maka sebisa mungkin dilakukan untuk dapat melaksanakannya.

3.    Melaksanakan Sholat sebagai Kewajiban, Kebutuhan, dan Kenikmatan.
Apa yang biasanya kita lakukan jika kita menyantap makanan yang nikmat?
Tambah lagi!
Apabila Sholat sudah menjadi kenikmatan, maka banyak Sholat-sholat sunnah yang bisa dilakukan untuk menambah amalan dari Sholat wajib. Sholat qobliyah, ba’diyah, dhuha, lail, dsb.

Sekarang, pertanyaannya: Bagaimana kualitas Sholat kita?

Meningkatkan kualitas Sholat dengan melatih diri (seperti Aqabah / pendakian) à Mula-mula berat, selanjutnya terbiasa dan ringan. Akhirnya menjadi kesenangan.

HAYYA ‘ALAS-SHOLAH, HAYYA ‘ALAL-FALAH
Marilah kita tegakkan Sholat, mari meraih kebahagiaan.

Yogyakarta, 25 Mei 2014

Notes:
Tulisan dalam blog kali ini adalah salinan dari ringkasan khutbah ustadz Anas, yang dibagikan pada semua jama’ah pengajian Ahad ba’da Maghrib. Naskah ditulis kembali dengan sedikit modifikasi terkait tata letak, penulisan huruf atau ejaan, dan sisipan catatan penyalin yang dicetak miring.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar