Senin, 29 Juni 2015

Eagle, fly free!

Bismillahirrahmanirrahiym...

Kembali mendapat tugas keluar kota sendirian. Seperti biasa agar tidak kesepian tidak lupa mengajak “teman setia”, buku catatan dan pena. Sebenarnya kesempatan seperti ini adalah kesempatan emas untuk bersosialisasi, bertemu, dan berkenalan dengan orang baru. Tapi sayang, kebanyakan orang sibuk dengan gadget masing-masing. Begitu pula aku, setelah beberapa kali memancing percakapan akhirnya sibuk sendiri corat-coret mengisi kesendirian.

Sendiri… membayangkan diri seperti elang terbang tinggi di angkasa. Serasa gagah, penuh kuasa, dan mandiri. Terbang bebas tanpa ada yang bisa menghalangi. Menatap tajam penuh keyakinan tidak terpengaruh oleh keadaan sekitar.

Elang… burung ini banyak digunakan sebagai lambang negara atau kesatuan tempur karena identik dengan kegagahan, kehebatan, atau keperkasaan. Banyak pula motivator yang menjadikannya sebagai contoh atau media penggugah semangat. Selain itu klub olahraga juga tidak jarang menggunakannya sebagai lambang kebebasan, kemenangan, dan semangat tinggi.

Konon katanya: Bapak Proklamator kita, Bung Karno, dalam pidatonya yang penuh semangat menggambarkan keperkasaan elang yang terbang sendirian, tidak sebanding dengan bebek yang berjalan beramai-ramai karena kelemahannya. Bukan tanpa maksud beliau menjadikan elang sebagai pengandaian. Bisa jadi itu adalah refleksi pemikiran dan cita-cita yang menatap jauh kedepan. Seperti tatapan elang yang tajam mencari mangsa.

Meskipun sendirian, elang bukanlah makhluk yang lemah. Justru kesendiriannya itu menunjukkan existensinya sebagai raja angkasa. Sendiri, menunjukkan kehebatannya yang tiada tanding!
Sebaliknya, bebek, meskipun berbondong-bondong, beramai-ramai tapi justru lemah, gelisah, menunggu waktu disambar elang. Besar mulut, tanpa pendirian, hanya ikut-ikutan sudah menjadi karakteristik makhluk lemah.

A: Sendiri berarti hebat?
B: Tentu saja!

Selain elang, banyak kita dengar cerita-cerita legenda, atau film fiktif mengenai super hero produksi Hollywood yang menceritakan tokoh utamanya berjuang sendiri mengalahkan semua musuhnya. Misal: Bruce Lee, Chuck Norris, Rambo, dsb.

A: Tapi bukankah, jika semua jagoan itu bersatu akan jadi paling hebat?
B: Bisa iya, bisa tidak

A: Kenapa tidak? Bukankah banyak pula cerita dan film yang menceritakan sekumpulan jagoan yang tak terkalahkan. Ada the Expendable, the Avenger, Justice League, dsb.
B: Bersatunya orang-orang hebat akan menghasilkan dua kemungkinan: Perseteruan atau Kerjasama.

#Perseteruan
Jika orang-orang hebat itu tidak memiliki pemikiran yang sama, saling mengalahkan, dan merasa lebih hebat. Maka yang terjadi adalah persaingan yang berujung pada bencana. Rasa tidak percaya, baik pada rekan maupun kemampuan diri sendiri, memicu rasa ingin menguasai dan diakui sebagai yang terhebat. Bagaimanapun persatuan digalang pada akhirnya mereka berusaha menjadi, the one, satu yang tertinggi. Berdiri sendiri diposisi teratas.

#Kerjasama
Orang-orang hebat yang bersatu, bekerjasama, memiliki pemikiran dan tujuan yang sama bisa menjadi tim yang kompak dan hebat. Memang kerjasama mereka berlangsung baik dan menghasilkan tujuan bersama. Tetapi bukankah hal ini jelas-jelas menunjukkan betapa lemahnya mereka?
Masing-masing dari mereka tidak bisa sendiri tanpa ada bantuan dan dukungan dari rekannya yang lain. Saling membutuhkan, tergantung satu sama lain.
Lalu apa bedanya dengan orang-orang lemah yang bersatu menjadi kuat? Jadi apa istimewanya sekumpulan orang hebat itu? (jika sama saja dengan orang-orang lemah)

.: Bagiku yang namanya hebat itu, ya sendiri… SATU diatas segalanya: tanpa tanding, tiada banding, maha segalanya, tidak butuh bantuan dari apapun. Justru sebaliknya…. segala sesuatu yang bergantung pada-Nya!


Jakarta, 29 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar