Jumat, 01 Juni 2012

Sepeda baru untuk Aira (part 1 of 3)


Bismillahirrahmanirrahiym...

Jum’at, 1 Juni 2012
Seminggu terakhir ini setiap pulang kerja selalu mendapati adik berwajah muram diatas sepeda roda tiga, diam menyendiri dibalik pintu pagar. Berbeda dengan kakak yang tetap ceria meski terlihat capek dengan baju basah dengan keringat. Begitu melihat abi pulang, belum sempat turun dari motor, adik langsung berteriak menangis dengan keras. Puncak kesedihan, puncak kekesalan, puncak ketidakpuasan dia lampiaskan dengan tangisan dan rengekan minta gendong. Tidak ada kata yang terlontar dari mulut mungilnya, hanya pelukan erat dan rona kesedihan yang diperlihatkannya.


Tidak banyak yang bisa abi lakukan selain memeluk dan mengusap punggung adik, menggendong masuk rumah, minum air putih, dan siap-siap ke musholla. Mendengar pertanyaan “siapa yang mau ikut ke musholla?” dengan berbinar-binar adik menggelayut manja turun dari gendongan dan segera membuka lemari bajunya. Mengambil jilbab dan kembali merengek minta dibantu pakai sambil digendong. Ya, musholla bagi adik dan kakak bagaikan playground, karena banyak anak-anak lain yang ikut orang tuanya berjama’ah sholat Maghrib. Meski sudah 3 tahun kakak belum ikut playgroup, hanya belajar dan bermain dirumah dengan adik dibimbing ummi.

Pulang dari musholla, adik sudah melupakan kesedihan sore tadi. Sekarang asyik makan bersama sambil sesekali “mengganggu” kakak. Adik memang lagi aktif-aktifnya gak bisa diam, ada aja isengnya. Sedangkan si kakak sudah mulai mengerti dan disiplin: makan harus duduk, pakai celemek, cuci tangan & berdo’a dulu, dsb. Tapi kadang disiplinnya ini yang bikin ribut dengan adik. Kakak memaksa adik untuk sesuai dengan protokol, lha adik kan masih 1.5 tahun… ya maunya senaknya sendiri dong

Sambil menikmati menu makan malam seadanya, dan diiringi candaan serta “keributan” anak-anak, ummi menceritakan kegiatan sore anak-anak. Mulai dari minum susu, mandi, dan bermain sepeda bersama didepan rumah. Ramainya anak-anak komplek bermain sepeda menarik kakak dan adik untuk ikut serta. Meski menggunakan sepeda yang sudah dimodifikasi (Modifikasi Sepeda Roda 3 untuk Tandem) ternyata kakak-adik sama-sama tidak mau mengalah, tidak mau jadi boncenger, maunya jadi rider-nya. Kakak jelas lebih berkuasa sehingga dengan leluasa bisa bermain sepeda sampai puas. Sedangkan adik harus rela berlari-lari mengejar atau sekedar duduk-duduk dipinggir memperhatikan asyiknya bersepeda. Tiba giliran adik saat kakak sudah puas dan capek berkeliling, waktu sudah menjelang Maghrib. Anak-anak komplek juga sudah pulang untuk mandi, begitu juga dengan kakak. Ya, saat itu adik mendapat kesempatan bersepeda… tapi tidak ada satu temanpun menyertai, bahkan kakak sudah masuk bersiap untuk mandi. Ternyata inilah yang membuat adik sedih akhir-akhir ini.

Kasihan mengetahui hal ini, malamnya abi segera berselancar di internet mencari sepeda baru untuk kakak. Sampai menjelang malam ternyata belum menemukan sepeda yang cocok. Bukan masalah model, warna, atau aksesoris… tapi masalah harga, semuanya mahal-mahal Akhirnya mencari ke website jual-beli mencari alternatif sepeda second yang murah. Dan hasilnya ada satu target di Denpasar, menawarkan sepeda roda tiga hanya 50 ribu saja. Setelah ditimbang-timbang OK lah tidak apa-apa sepeda roda tiga lagi, yang penting mereka bisa bersepeda bersama.

Denpasar, 1 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar