Minggu, 03 Juni 2012

Sepeda baru untuk Aira (part 3 of 3)

Bismillahirrahmanirrahiym...

Ahad, 3 Juni 2012
Start untuk etape pertama adalah Kerobokan, rute paling Barat yang akan ditempuh kali ini. Benar saja ternyata ada satu toko sepeda besar yang selama ini tidak pernah diperhatikan meski sering lewat jalan situ. Yang pertama kali ditanyakan sudah barang tentu:
Q: Ada sepeda second?
A: Ada tapi ukuran besar kira-kira >= 16 inchi, kalau mau ada yang 12 inchi baru
Q: (waduh kok baru…) Kalau baru berapaan?
A: 300an ribu, lihat aja dulu tuh barangnya di depan
Q: Wah sip tuh, sepeda baru 300an ribu sesuailah dengan budget
Sekilas cocok tuh sepedanya: tampilannya menarik, aksesoris lengkap, ada boncengan dan keranjang, dan yang paling penting harga sesuai. Tapi… setelah dilihat-lihat dan dicoba jadi pesimis. Tampilannya memang bagus, wong sepeda baru, tapi fisiknya terlihat ringkih. Bahannya terkesan gampang keropos, las-nya tidak rapi, besi penahan untuk boncengan sudah goyang-goyang dan seolah mau bengkok. Alhasil check point pertama tidak membawa hasil.


Segera meluncur ke target berikutnya. Hasilnya kurang lebih sama. Lalu mencoba mampir ke salah satu toko sepeda merk terkenal, berharap ada sepeda second kualitas bagus. Benar saja, ada satu sepeda yang sesuai. Dari merk, model, bahan, dan tampilan sudah OK, kakak juga terlihat asyik mencoba dihalaman toko. Tapi ketika dikonfirmasi apakah benar mau sepeda itu, tanpa menjawab kakak menggeleng pelan. Hm… kalo ditimbang-timbang lagi, memang sepeda itu tidak sesuai dengan style kakak. Warnanya hijau tua, tanpa aksesoris, model cowok banget. Lagipula harganya 350rb, lebih dari batas maksimum yang dialokasikan

Melihat kita tidak tertarik untuk beli dan mau pergi, pelayan toko menyarankan sepeda lain yang harganya setara. Dideretan depan toko memang berjajar sepeda-sepeda baru bermerk, warnanya pink dan warna-warna cewek lainnya, aksesoris lengkap. Sempat jatuh hati dan akan memutuskan untuk membelinya. Tapi tunggu, mesti dicoba dulu dong…
Dengan antusias kakak segera mencoba, kembali berkeliling di halaman toko. Hanya saja ada yang aneh… kakak terlihat kesulitan mengendarainya. Kecurigaan terjawab ketika memeriksa pedal, rantai, dan gir sepeda itu. Ternyata sepeda itu model “torpedo” atau “gol-trap” atau apa istilahnya… sepeda yang pedalnya tidak bisa ditahan, selalu berputar selama roda belakang juga berputar. Yaaah… dengan berat hati harus melanjutkan etape berikutnya.

Harapan terakhir adalah toko sepeda dimana dulu pertama kali beli sepeda roda tiga yang sekarang ini dipakai kakak dan adik. Meskipun lokasinya paling jauh dalam rute ini, ditambah lagi tidak ada tempat parkir, itulah etape terakhir yang bisa diharapkan, karena sudah lewat tengah hari, dan anak-anak juga sudah terlihat capek. Singkat cerita, nenek pemilik toko sangat antusias ketika ditanya “apakah ada sepeda bekas?”. Dengan sigap menjawab dan mengajak masuk kedalam “saya suka dengan orang yang memilih kualitas. Meski bekas ini sepeda bagus. Daripada yang baru didepan itu, bahannya tidak terjamin”. Benar saja ketika disandingkan: model, bahan, kerapian las, sepeda bekas itu Nampak lebih mumpuni dan kokoh. Apalagi harga yang ditawarkan hanya 250 ribu (dibawah budget) plus dapat bonus bel baru. “Gimana kakak? Mau?” … dengan mata berbinar kakak segera menjawab “Mau…!”

Akhir cerita kakak sudah punya sepeda baru… dan adik mewarisi sepeda roda tiga. Kring kring gowes gowes…






Denpasar, 3 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar