Senin, 11 Maret 2013

Godaan…



Judul
: Godaan…
Tempat
: Denpasar
Waktu
: 12 Maret 2013, pukul 08:00 WITA


Bismillahirrahmanirrahiym...

Hari ini kembali menikmati liburan nyepi di Bali. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya sejak menginjakkan kaki di Bali, tidak pernah pergi keluar Bali saat nyepi. Suasana datangnya pagi begitu berarti dan penuh semangat, dimana sejuknya udara pagi diiringi dengan gemericik gerimis kecil dan suara alam yang bersahutan. Tidak ada suara lain selain kokok ayam, suara serangga, dan satwa lainnya yang penuh semangat menyambut pagi mensyukuri nikmat Illahi.


Pagi ini anak-anak bangun pagi penuh semangat juga. Adik begitu membuka mata langsung minta disiapkan peralatan gambar. Ya, kemarin sore saat pulang awal, menyempatkan diri untuk bersepeda dengan adik. Berkeliling menikmati pawai ogoh-ogoh, salah satu acara menyambut nyepi di Bali (lebih jauh tentang ogoh-ogoh, silahkan browsing di internet yah) Selain nostalgia suasana kampung, ramainya pesta rakyat, layaknya kirab pusaka sebagai puncak acara festival Reog Ponorogo waktu Grebeg Suro. Sore itu juga menuju salah satu toko kelontong serba ada yang masih buka untuk membeli cat air. Akhir pekan kemarin Aira, si kakak, minta dibelikan cat air lagi karena sudah habis. Tapi karena waktu membeli cat air bersama adik, adik langsung klaim kalau itu miliknya. Karenanya pagi ini segera request melukis.

Kakak merasa dialah yang minta cat air, tidak mau kalah, segera bergabung dengan adik. Alhamdulillah, tidak sampai terjadi “perang saudara”, mereka berdua mau berbagi meskipun sempat terjadi saling klaim “ini cat air adik…” “ini untuk kakak…”

Alhasil inilah aktifitas pagi ini: Galeri Seni Aira & Aida.


Behind the scene:
Hampir saja acara melukis pagi ini gagal, karena sejak siang kemarin ATM sudah non-aktif. Padahal uang dikantong hanya 5 ribu saja, apalagi sudah berjanji pada kakak untuk membelikan cat air. Waduh gimana nih, kalau pulang tanpa cat air kakak bisa ngambek. Kalau sampai “mengamuk” saat nyepi gimana yah… bikin ribut la’an

Tiba-tiba terbersit keinginan untuk memakai dulu uang titipan zakat, infaq, &sodaqoh yang ada di tas. Toh nanti bisa diganti sesampainya di rumah. Kemarin memang berencana mampir ke lembaga zakat untuk menyampaikan beberapa titipan, tapi karena kantornya sudah tutup maka ditunda dulu.

Tapi... kalau terjadi apa-apa setelah ambil uang itu (dan belum sempat mengganti) gimana? Siapa yang tanggung jawab? Meskipun istri tahu ada uang zakat di tas, misal terjadi apa-apa lalu istri bisa menyerahkannya ke lembaga zakat… tapi dia kan gak tahu berapa jumlahnya, berapa yang sudah diambil (hanya cerita ke istri kalau ada uang zakat di tas, jumlahnya berapa ane sendiri juga gak tahu karena beberapa disegel di amplop)

Ya sudah daripada-daripada… akhirnya memutuskan untuk tidak mengambilnya, yang artinya pulang dengan tangan hampa. Siap-siap mengarang alasan untuk Aira dan menyiapkan skenario menggambar dengan krayon atau spidol yang masih ada. Segera berkemas agar tidak terjebak pawai ogoh-ogoh. Akhirnya sore itu bisa meninggalkan meja kerja dengan perasaan tenang, tanpa beban.

Eh… baru saja melintas di lobi, ada suara “makhluk halus” memanggil: “Oom… tunggu sebentar!”

Segera mengerem mendadak, karena langkah kaki sedikit terburu, tidak sabar segera pulang menyampaikan alasan pada Aira. Agar dia tidak terlalu kecewa.

“Ini oom, titipan uang order kemarin…”

Waaah …. ini namanya pucuk dicinta ulam tiba Alhamdulillah…





Note: makhluk halus, adalah istilah saya dan Edwin Nugra si master Setup untuk menyebut cewek cantik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar