Kamis, 14 Maret 2013

Kantong jaket…



Judul
: Kantong jaket…
Tempat
: Cubicle Sanur office
Waktu
: 14 Maret 2013, pukul 16:00 WITA


Bismillahirrahmanirrahiym...

Teman-teman medical team hari ini lagi asyik diskusi masalah "kantong jaket"

...

Saya duduk menerawang di cubicle (network terisolasi di VPN yang connect ke antah berantah) teringat tahun lalu saat berjuang menjelang sidang thesis di UI Salemba.

Segepok uang saku (untuk bekal selama di Jakarta) ditaruh disaku jaket bagian dalam dengan maksud bagian paling aman, uang receh yang lain disebar disemua kantong celana. Sesaat setelah sholat Dhuhur di masjid UI, segera kembali ke Fasilkom untuk menyusun puzzle yang masih berantakan. Melangkah pasti dengan gaya anak ITS: jaket digantung ditali tas ransel sebelah kiri, kedua tangan memegang tali tas ransel sejajar dada, tak lupa kedua jempol mengacung ke atas... (tingkat percaya diri langsung naik ke ubun-ubun)

Baru beberapa langkah meninggalkan halaman masjid, beberapa orang berteriak mengejar… “mas… mas…”

Waduh, ada apa gerangan? Jangan mudah percaya dengan orang asing di Jakarta, bisa jadi itu modus: memanggil, sok kenal, pasti ada maunya… apalagi mereka bergerombol.
Fikiran-fikiran negatif tentang Jakarta dan penghuninya mulai mendominasi akal sehat. Maklum, baru beberapa hari menginjakkan kaki di Jakarta (yang identik dengan hutan rimba penuh binatang buas) setelah sekian lama tinggal di Bali (kenyamanan dan keramahtamahannya serasa kampung kedua bagiku).

Dengan pura-pura tidak mendengar, langkah kaki tetap melaju meninggalkan mereka. Tetap mereka mengejar, dan salah satunya dengan cekatan menghadang dengan sedikit menarik pundak kanan.
Eits! Dengan sigap segera membalik badan, menjaga jarak, tengok kiri-kanan memantau keadaan… (siap-siap teriak kalau ada apa-apa)

Ternyata dia menyodorkan segepok uang (yang masih belum kusadari itu milikku) “mas, uangnya jatuh”

“oh tidak… bukan, bukan uang saya itu” tanpa menyadari apa sebenarnya yang terjadi kutolak uang itu. Fikiranku tetap mengarah ke modus penipuan, pemerasan, pokoknya kejahatan.

Teman-temannya yang lain mendekat dan meyakinkan: “itu uang Anda, saya lihat jatuh dari jaket. Silahkan cek apakah uang Anda masih ada di jaket”

Dalam hati… tidak ada uang di jaket, kalaupun ada kutaruh dikantong yang ada resletingnya. Ini pasti ada apa-apanya ini… jangan percaya… hati-hati…

Ditengah kebingunganku, mereka menggenggamkan uang itu dan berlalu pergi.

Bengong… tidak mengerti… tambah bingung… dengan ragu-ragu kumasukkan uang itu disaku celana. Lalu dengan langkah gontai berjalan ke Fasilkom… kepala tertunduk tidak memperdulikan kendaraan yang berlalu-lalang disepanjang tempat parkir. Fikiran menerawang mencoba mengingat-ingat jumlah uang, kronologis, apa saja yang mungkin terkait dengan kejadian tadi.

Sesampainya diruang sidang (tempat menyelesaikan thesis, belum sidang yang sesungguhnya) hanya bisa duduk termenung, kembali memeriksa setiap detail frame gambar yang terlintas difikiran… dan baru teringat… ya itu uangku yang kutaruh di saku jaket sebelah dalam. Saku itu tidak ada resletingnya, dan ketika digantung ditali tas ransel… itu mengarah ke bawah. Menurut Newton, gaya gravitasi menyebabkan uang jatuh ke bawah!

Berarti… orang-orang tadi…??? Astaghfirulllah… aku sudah berprasangka buruk pada mereka! Ternyata mereka adalah orang-orang baik (meski konon katanya di Jakarta tidak ada lagi orang baik), tidak terbersit rasa egois atau oportunis ketika melihat segepok uang ada ditangan.

...


Melalui blog ini saya minta ma’af atas prasangka buruk yang sudah saya tuduhkan pada Anda. Tak lupa terima kasih sebanyak-banyaknya telah memberikan satu pelajaran yang sangat berharga ini. Saya tidak mengenal Anda, begitu juga Anda tidak mengenal saya, dan Anda mungkin sudah lupa kejadian ini. Tapi saya yakin catatan amal Anda dapat Anda baca nanti di Yaumil Akhir… amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar